JANGAN PAKE KATA "KULO" DALAM BAHASA KRAMA, NIH LIHAT SEJARAH LINGUISTIK JAWA-NYA!

Bahasa Jawa

Penulis _@Ratu Eka Bkj



Ternyata, setelah kita belajar linguistik Jawa. Ada sebagian besar Bahasa Krama, yang salah kaprah diajarkan oleh orang tua kita.


Salah satunya adalah, diksi "Kulo". Kata orang tua kita dulu, "Kulo" harus kita pakai buat orang muda untuk menghormati yang tua. 


Namun, kata "Kulo" yang benar jika diruntut dalam sejarah linguistik kebudayaan Jawa zaman kerajaan dulu. Sebenarnya diksi "Kulo", berasal dari kata "Kawula/Kawulo". Yakni, kata yang menunjukkan kasta terendah. Biasanya, digunakan untuk merendahkan diri dihadapan keluarga Keraton/Kerajaan. Menunjukkan kasta terendah, seperti pelayan atau budak.


Padahal, di era kontemporer yang egaliter dan kesetaraan seperti sekarang. Maka, diksi seperti ini tidak cocok digunakan. Sebab, merendahkan diri harusnya hanya kepada ALLOH/Tuhan/Gusti, bukan kepada sesama manusia.


Mangkanya kenapa di wilayah Surabaya atau Arekan Jawa Timur, dengan wilayah termaju dan paling modern. Sejak zaman Saya kuliah dulu kira-kira tahun 2014, sudah hampir tidak ada yang menggunakan Bahasa Krama. Tidak ada yang memakai kata "Kulo", dalam bercakap dengan yang lebih tua sekalipun. Biasanya, selalu menggunakan Bahasa Ngoko Jawa dipadukan dengan Bahasa Indonesia.


Sedangkan di wilayah Mataraman Jawa Timur seperti Kediri, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo tahun segitu masih sangat sering menggunakan Bahasa Krama Jawa yang diajarkan orang tua kita. Yakni, memakai kata "Kulo" dalam berbicara dengan yang lebih tua. Kemudian, diksi "Njenengan" untuk orang tua yang kita sebut.


Namun, seiring perkembangan teknologi yang semakin massif. Semenjak pandemi covid 2020 kemarin, egaliter dan kesetaraan semakin digalakkan. Sekarang wilayah Mataraman sudah berubah, Saya sudah sangat jarang mendengar percakapan Bahasa Krama Jawa seperti ajaran orang tua kita. 


Sekarang kita mengganti kata "Njenengan" dengan "Sampeyan/Peand", kadang kala "Anda. Lalu, mengganti kata "Kulo" menjadi "Saya". Kadang pula, ada yang memilih Bahasa Ngoko dengan kata "Aku". 


Sekarang daerah Mataraman sudah banyak menggunakan bahasa Arekan / Bahasa Ngoko Jawa seperti Surabaya, dan dipadukan dengan Bahasa Indonesia bahkan Bahasa Jakarta/Betawi.


Kalau Saya menelisik, mungkin ini sarana merekonstruksi Bahasa Krama yang sebagian tidak tepat dipakai. Karena, dalam Bahasa Krama sebagian kata ada unsur sejarah yang menunjukkan kasta. Sedangkan, di era kontemporer seperti sekarang kita setara dan egaliter. Tidak ada lagi kasta dan perbedaan. Sehingga, pilihan menggunakan Bahasa Ngoko Jawa dipadukan Bahasa Indonesia menjadi lebih tepat.



KERJASAMA BISNIS, Mulai Klik Hubungi Kami via Whatshap 
0895367203860 
Owner, Founder, CEO
= 085704703039 
Customer Service


DUKUNG SITUS INI YA PEMIRSA, SUPAYA KAMI SEMANGAT UPLOAD CONTENT DAN BERBAGI ILMU SERTA MANFAAT.

DONASI DAPAT MELALUI BERIKUT INI =


0481723808

EKA APRILIA.... BCA


0895367203860

EKA APRILIA, OVO


Comments

Popular posts from this blog

KECANTIKAN & AURAT ITU UNTUK DIRI SENDIRI, BUKAN BUAT SUAMI!